Kamis, 30 Oktober 2025

Unsur Intrinsik (unsur dari dalam karya sastra)

☆ Unsur Intrinsik (unsur dari dalam karya sastra)

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam, atau yang terdapat di dalam teks itu sendiri.

♧ Macam - macam unsur intrinsik
 1. Tema
→ Gagasan pokok atau ide utama yang mendasari cerita.
Contoh: tema perjuangan, cinta, persahabatan, kejujuran, dll.

 2. Tokoh dan Penokohan
→ Tokoh adalah pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah cara pengarang menggambarkan watak tokoh.
Contoh: tokoh utama yang berwatak jujur, sabar, atau sombong.

 3. Alur (Plot)
→ Rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita dari awal sampai akhir.
Biasanya terdiri atas:
 • Pengenalan
 • Munculnya konflik
 • Puncak konflik (klimaks)
 • Peleraian
 • Penyelesaian

 4. Latar (Setting)
→ Meliputi tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa.
Contoh: di sekolah (tempat), pagi hari (waktu), suasana tegang (suasana).

 5. Amanat (Pesan Moral)
→ Nilai atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita.
Contoh: pentingnya kejujuran atau persahabatan sejati.

 6. Sudut Pandang (Point of View)
→ Cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita.
Contoh:
 • Sudut pandang orang pertama (“Aku…”)
 • Sudut pandang orang ketiga (“Dia…”).

 7. Gaya Bahasa (Majas/Diksi)
→ Cara pengarang menggunakan bahasa, seperti pemilihan kata, penggunaan majas, atau kalimat yang khas.


☆ Unsur Ekstrinsik (unsur dari luar karya sastra)

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang memengaruhi penciptaan karya sastra dari luar teks, seperti latar belakang pengarang dan situasi sosial.

♧ Macam - macam unsur ekstrinsik

 1. Latar Belakang Pengarang
→ Pengalaman hidup, pendidikan, kepribadian, dan pandangan hidup pengarang yang memengaruhi karyanya.

 2. Kondisi Sosial Budaya
→ Nilai, norma, adat, dan kebiasaan masyarakat tempat karya itu lahir.

 3. Kondisi Politik dan Ekonomi
→ Situasi politik atau ekonomi pada masa karya itu dibuat bisa memengaruhi isi dan tema cerita.

 4. Nilai-nilai dalam Karya Sastra
→ Seperti nilai moral, nilai sosial, nilai agama, dan nilai kemanusiaan yang terkandung dalam cerita.

 5. Pandangan Hidup atau Ideologi Pengarang
→ Cara pandang pengarang terhadap kehidupan yang tercermin dalam cerita.


☆ CERPEN

Cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa yang menceritakan kisah singkat dengan satu konflik utama dan jumlah tokohnya terbatas.

♧ Berikut istilah istilah penting dalam cerpen : 
 1. Tema
→ Gagasan pokok atau ide utama cerita.
Contoh: persahabatan, perjuangan, kejujuran, dll.

 2. Tokoh
→ Pelaku dalam cerita. Bisa tokoh utama atau tokoh tambahan.

 3. Penokohan
→ Cara pengarang menggambarkan watak tokoh.
Contoh: baik hati, sombong, penyabar, dll.

 4. Alur (Plot)
→ Rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita dari awal sampai akhir.
Jenisnya: alur maju, mundur, atau campuran.

 5. Latar (Setting)
→ Tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita.

 6. Sudut Pandang (Point of View)
→ Posisi pengarang dalam menceritakan kisah, misalnya:
 • Orang pertama (“Aku…”)
 • Orang ketiga (“Dia…”)

 7. Amanat
→ Pesan moral yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

 8. Konflik
→ Masalah atau pertentangan yang menjadi inti cerita.


☆ DRAMA

Drama adalah karya sastra yang menggambarkan kehidupan manusia melalui dialog dan tindakan, biasanya dipentaskan di atas panggung.

♧ Berikut istilah-istilah penting dalam drama :
 1. Naskah Drama
→ Teks atau tulisan drama yang berisi dialog dan petunjuk pementasan.

 2. Dialog
→ Percakapan antar tokoh dalam drama.

 3. Monolog
→ Ucapan panjang dari satu tokoh kepada dirinya sendiri atau kepada penonton.

 4. Tokoh dan Penokohan
→ Pelaku dalam drama dan cara penggambaran wataknya.

 5. Babak (Act)
→ Bagian besar dalam drama yang membagi cerita menjadi beberapa tahap.

 6. Adegan (Scene)
→ Bagian kecil dari babak yang menunjukkan perubahan tempat, waktu, atau tokoh.

 7. Prolog
→ Pengantar atau pembuka cerita dalam drama.

 8. Epilog
→ Penutup atau kesimpulan cerita yang sering berisi pesan moral.

 9. Latar (Setting Panggung)
→ Tempat dan waktu kejadian yang digambarkan dalam pementasan.

 10. Sutradara
→ Orang yang mengarahkan jalannya pementasan drama.


☆ PUISI
 
Puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan perasaan dan pikiran pengarang dengan bahasa yang indah dan padat makna.

♧ Berikut istilah-istilah penting dalam puisi : 
 1. Diksi
→ Pemilihan kata yang digunakan penyair untuk menimbulkan kesan tertentu.

 2. Majas (Gaya Bahasa)
→ Bahasa kias atau perbandingan untuk memperindah puisi.
Contoh: metafora, personifikasi, hiperbola.

 3. Rima / Irama
→ Persamaan bunyi di akhir atau dalam baris puisi, menciptakan keindahan bunyi.
Contoh: a-a-a-a atau a-b-a-b.

 4. Bait
→ Sekelompok baris dalam puisi (mirip paragraf dalam prosa).

 5. Baris
→ Satu deret kata dalam puisi (mirip kalimat).

 6. Tipografi
→ Tata letak atau bentuk penulisan puisi di halaman (bisa rata kanan, kiri, zigzag, dll).

 7. Amanat / Pesan
→ Nilai atau pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

 8. Tema
→ Gagasan pokok atau inti yang diangkat dalam puisi.
Contoh: cinta, alam, perjuangan, kesedihan.

 9. Citraan (Imagery)
→ Gambaran yang ditimbulkan oleh kata-kata dalam puisi sehingga pembaca dapat “merasakan” keindahan.
Contoh: citraan penglihatan, pendengaran, perasaan.

 10. Kata Konkret
→ Kata yang menimbulkan makna nyata dan dapat ditangkap pancaindra.
Contoh: “bunga”, “ombak”, “cahaya”.


☆ PERSAMAAN PANTUN DAN SYAIR

 1. Keduanya termasuk puisi lama.
→ Baik pantun maupun syair merupakan bentuk puisi tradisional yang terikat oleh aturan tertentu (seperti jumlah baris, rima, dan irama).

 2. Sama-sama memiliki rima (persajakan) yang teratur.
→ Biasanya berpola a-a-a-a atau a-b-a-b, tergantung jenisnya.

 3. Berfungsi sebagai sarana penyampaian pesan.
→ Keduanya digunakan untuk menyampaikan nasihat, ajaran moral, cinta, atau nilai kehidupan.

 4. Setiap bait terdiri dari empat baris.
→ Baik pantun maupun syair memiliki bentuk fisik yang sama, yaitu 4 baris per bait.

 5. Mengandung nilai sastra dan budaya.
→ Keduanya mencerminkan kebijaksanaan, adat, dan cara berpikir masyarakat Melayu.

☆ PERBEDAAN PANTUN DAN SYAIR





☆ MAJAS PERVANDINGAN

Majas ini digunakan untuk membandingkan sesuatu agar maknanya lebih hidup dan menarik.

 1. Majas Simile (Perumpamaan)
→ Perbandingan menggunakan kata seperti, bak, bagaikan, laksana, ibarat, dll.
Contoh: Wajahnya cantik bagaikan bulan purnama.

 2. Majas Metafora
→ Perbandingan langsung tanpa kata pembanding.
Contoh: Dia adalah bunga desa di kampung itu.
(maksudnya: gadis paling cantik)

 3. Majas Personifikasi
→ Memberi sifat manusia pada benda mati.
Contoh: Angin berbisik lembut di telingaku malam ini.

 4. Majas Alegori
→ Perbandingan yang berbentuk cerita atau gambaran menyeluruh.
Contoh: Bahtera rumah tangga harus dikemudikan dengan kesabaran.

 5. Majas Hiperbola
→ Pernyataan yang berlebihan untuk menegaskan makna.
Contoh: Tangisnya menggetarkan langit dan bumi.

 6. Majas Eufemisme
→ Mengganti kata yang dianggap kasar dengan yang lebih halus.
Contoh: Ayah sudah berpulang ke rahmat Tuhan.
(maksudnya: meninggal dunia)

 7. Majas Metonimia
→ Menyebutkan merek atau ciri untuk menggantikan benda yang dimaksud.
Contoh: Ia minum Aqua setiap pagi. (maksudnya: air mineral)


☆ MAJAS PERTENTANGAN

Majas ini berisi pertentangan antara dua hal yang berbeda untuk memperkuat makna.

 1. Majas Litotes
→ Pernyataan yang merendahkan diri, padahal kenyataannya lebih.
Contoh: Silakan mampir ke gubuk saya yang sederhana ini.

 2. Majas Ironi
→ Sindiran dengan kata-kata yang berlawanan dengan maksud sebenarnya.
Contoh: Rajin sekali kamu datang terlambat setiap hari.

 3. Majas Oksimoron
→ Menggabungkan dua kata yang berlawanan makna dalam satu kalimat.
Contoh: Wajahnya tersenyum, namun hatinya menangis.

 4. Majas Paradoks
→ Pernyataan yang bertentangan dengan kenyataan di sekitarnya.
Contoh: Dia merasa kesepian di tengah keramaian kota.


☆ MAJAS PENEGASAN

Majas ini berfungsi untuk menegaskan suatu maksud atau menambah kekuatan pernyataan.

 1. Majas Pleonasme
→ Menggunakan kata berlebih untuk menegaskan arti.
Contoh: Naiklah ke atas supaya bisa melihat pemandangan.

 2. Majas Repetisi
→ Pengulangan kata atau frasa untuk menegaskan makna.
Contoh: Kita harus bekerja, bekerja, dan terus bekerja.

 3. Majas Klimaks
→ Menyusun pernyataan dari tingkat rendah ke tinggi.
Contoh: Anak-anak, remaja, hingga orang tua ikut bergotong royong.

 4. Majas Antiklimaks
→ Kebalikan dari klimaks, dari tingkat tinggi ke rendah.
Contoh: Presiden, menteri, dan rakyat kecil turut bersedih.

 5. Majas Retorika
→ Pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena sudah jelas jawabannya.
Contoh: Siapa yang tidak ingin bahagia di dunia ini?

 6. Majas Paralelisme
→ Pengulangan bentuk kata dalam beberapa baris atau kalimat yang sejajar.
Contoh: Engkau adalah cahaya hatiku, engkau adalah nafas hidupku.


☆ MAJAS SINDIRAN

Majas ini digunakan untuk menyindir atau mengkritik secara halus.

 1. Majas Sinisme
→ Sindiran yang lebih kasar atau langsung.
Contoh: Kamu memang malas, tidak heran nilaimu jelek.

 2. Majas Sarkasme
→ Sindiran yang kasar dan menyakitkan.
Contoh: Otakmu dipakai atau tidak sih?

 3. Majas Innuendo
→ Sindiran halus dan lembut, tidak menyinggung secara langsung.
Contoh: Mungkin kamu lupa belajar tadi malam, ya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Teks Deskripsi dan Teks Prosedur

Teks Prosedur Dalam Pembuatan dan Perawatan Taman Sekolah